11 April 2014

Anakku, Bungsuku, Disleksia


­­­Setelah menjalani semua yang terpikirkan dan mampu kami jalani
Segenap pemeriksa dan terapi dan segela bantuan,
dukungan yang terbetik untuk dilakukan….

Baru tahun kemarin, saat usianya 10 tahun mendekati 11 tahun
Kami diberitahukan bahwa Bungsu ku adalah anak dengan Dyslexia

Siapa yang beritahu?
Ibu peri nya, adik angkatanku dari Unpad,
Psikolog handal namanya Alzena Masykouri

hanya ini foto yang bisa diselamatkan dari kerusakan laptop waktu itu, sehingga kami tidak punya lagi foto ibu peri Alzena, ini ketika kami buatkan cupcake di akhir pertemuan kami waktu itu
perrlu foto lagi bersama....

Dyslexia itu apa?
“a disorder in children who, despite conventional classroom experience, fail to attain the language skills of reading, writing and spelling commensurate with their intellectual abilities”. World Federation of Neurology(1968)
Children with dyslexia do not leave their problems in the class room; their struggle to master literacy skills pervades many aspects of their lives and can impact on their social interaction with peers, their self-confidence and self-esteem, and their attitudes to learning.
-Dr Kristiantini Dewi SpA (ketua asosiasi disleksia indonesia)-

Ya kalau dilihat dengan pengalaman pribadi saya
Masalah yang berat diatasinya adalah berkaitan dengan pengelolaan reaksi emosinya
Padahal awalnya hanya masalah terkait dengan bahasa, 
mengeja, menulis, membaca, bercerita, memahami instruksi
Tetapi dampaknya ternyata….. kemana-mana...

Dengan perasaan haru dan bangga,
Saya ceritakan perjuangannya utuk menjadi lebih nyaman dengan semua keunikannya



Lahir sebagai bayi yang sehat,
Namun menjelang kepulangan kami ke rumah, bilirubin nya meninggi
Sampai harus di terapi sinar biru
matanya di tutup kasa karena dia disinari itu tadi
dan menyebabkan saya kembali kerumah sendirian meninggalkan dia di rumah sakit



Perkembangannya selanjutnya menurut saya seperti anak lainnya
Sampai menjelang usia 8 bulanan, dia adalah bayi yang paling ramah yang saya pernah tahu
Siapapun yang mendekatinya ia pasti tersenyum manis, hangat

Hanya menjelang usianya 1 tahun
Ia mulai menunjukkan keterikatan yang tinggi pada saya
Hanya saya yang diijikannya menggendongnya
Kalau sudah berada di pelukan saya, ia akan menempel,
sepertinya mulai memiliki kecemasan yang tinggi pada sekitarnya



Perkembangan selanjutnya,
si Bungsu tetap menjadi anak yang tampak tenang
tidak pernah menangis
tetapi suka sekali minum susu
diam, tenang, tidak banyak bergerak, malas kesannya,
tetapi kuat sekali minum susu, ngedot
sampai saya harus menyiapkan banyak sekali botol susu karena sangat kuatnya dia minum susu
entah kenapa dia begitu
tetapi saya pikir itu malah sehat
sampai badannya sangat besar
usia 3 tahun beratnya 25 kg


Masuk taman bermain mulai terlihat adanya sesuatu yang harus diseriusi
Tapi apa?
Dia tidak berani mencoba mainan anak-anak,
Entah prosotan ataupun berjalan melewati ban
Hanya mau piring yang diputar, yang dia berada di dalamnya lalu menyetir untuk memutarnya
Itu juga hanya mau jika ada saya atau yang dikenalnya satu piring




Usia 3 tahun, belum bicara
Sepupunya juga begitu tapi akhirnya bicara lancar,
jadi kalaupun ini keturunan
Saya berharap nantinya toh dia akan berbicara

Suatu malam, naik mobil dan dia tertidur berada di pangkuan saya,
Suami saya menyetir
Suatu saat dia terbangun,
Dia serta merta panik dan ingin membuka mobil dan meloncat keluar karena bingungnya
Kenapa?
apakah bermasalah dengan matanya? karena silau melihat lampu mobil yang berpapasan,
atau apa?
Yang terpikirkan hanya mendekapnya memberi ketenangan,
Harus diapakan?

Masuk TK,
Dia melempar gurunya dengan sepatu ketika gurunya membawa tumpukan buku
Jadi itu adalah pelajaran menulis
Dia harus menggambar garis rapi dari atas ke bawah dan lingkaran dari atas kebawah
Sesuatu yang menurut saya mudah,
Tinggal tarik garis
Tinggal bunder2in
Apa susahnya…
Tapi si Bungsu hasilnya tidak rapi, garisnya tidak lurus juga tidak konsisten tingginya
Ah biasa anak lain juga ada yang begitu
Lingkaran yang dibuat si Bungsu tidak pernah berbentuk bulat
Juga tidak pernah menyambung garis awal dan akhirnya
Mungkin dia frustasi
Jadi begitu bu guru membawa tumpukan buku itu, dia lempar sepatu saking paniknya

Mulai terlihat dia mengalami kesulitan di akademik
Perbendaharaan katanya pun kurang
Tetapi dia ramah, tetap tersenyum kadang bisa tertawa
Hanya jarang berbicara

Awal pertama saya ingin ia di observasi oleh psikolog
Saya mencari ahli play therapy, Dra. Mayke Tedjasaputra MSi
Pertemuan pertama dengan beliau….
Si Bungsu berlari-larian sekitar ruangan, sulit diajak komunikasi
Langsung dirujuk juga pada neurology,  Dr Lily Sidiarto SpS(K)
Jadi parallel… memeriksakan diri pada ke dua ahli itu.

Hasil dari Dr. Lily lebih dahulu ada
“Mungkin ibu saja yang tidak ikhlas dan memaksakan anak bersekolah di tempat umum. Padahal seharusnya di SLB dan tidak boleh lepas dari terapi”

Jadi si Bungsu di sarankan masuk ke SLB bukan TK biasa seperti saat itu

Apa perasaan saya?
Ikhlas… kalau ya memang harusnya… dan itu membuat si Bungsu lebih nyaman,
Jangan salah… saya ikhlas
Caranya memberitahu saja saat itu saya sangat rasakan tidak nyaman,
Memaksakan? Saya memaksakan? Hhmmm… ya mungkin saya defensif juga ya...

Baiklah, tugas saya untuk menyampaikan hal ini kepada suami
Dan kakak-kakaknya agar bisa menerima keadaan si Bungsu
Ikhlas…

Tetapi jauh di dalam lubuk hati saya,
Rasanya masih ingin berjuang
Maka saya bertekad… baiklah… SLB okay,
Asal saya tahu betul tingkat intelegensinya
Kalau sudah tahu kan saya bisa membantunya secara maksimal

Bu Mayke bijaksana saat melakukan tes intelegensi
Karena si Bungsu tidak bisa tenang, terus menerus memainkan jendela ruang praktek
Saya diminta masuk ke ruangan,
Saat itu karena tidak ditanya saat pencatatan biografi, beliau tidak tahu kalau saya juga psikolog

Beliau menerangkan tugas saya, hanya memberi ketenangan pada si Bungsu
Tidak memberitahu jawabannya ataupun memberikan bahasa tubuh tertentu
Done ! Piece a cake

Selesai pengambilan tes,
Bu Mayke dengan hati-hati berkata,
Mempersiapkan saya akan hasil tesnya, yang akan jadi kira-kira seminggu kemudian
Intinya adalah : jika saya harus siap dengan hasilnya
Kalaupun jelek, itu menandakan bahwa memang sebaiknya di sekolahkan di SLB

Kayaknya mudah.. tinggal terima hasilnya gitu aja
Beres
Wowowowooooo yang susah menyiapkan suami dan kakak-kakaknya
Suami saya berjuang keras dengan keyakinannya kalau si Bungsu bisa jadi insinyur seperti dirinya
Kakaknya terutama si Sulung heran… kenapa harus ada perbedaan seperti itu
Mereka di sekolah umum adiknya akan di sekolah khusus

Bungsu ku dengan Sulung dan Tengah ku
semoga mereka saling menjaga saling mengasihi

Bapaknya dan kakaknya bingung, kurang terima,
Biarkan…
Itu namanya mereka sedang mengalami konflik pemikiran
Conflict of ideas itu penting juga untuk meningkatkan level pemikiran seseorang
Pemahaman akan semakin lebih baik kalau mereka mengolah konfliknya dengan baik
Saya tinggal membantunya….

Waktu itu kita sama-sama browsing dengan si Sulung memaham kemungkinan keadaan adiknya
Dan apa itu SLB
Sehingga apapun yang terjadi mereka menjadi lebih paham, lebih nyaman
Seterusnya bisa memberikan kenyamanan pada si Bungsu

Saya?
Ibu mana yang tidak sedih dengan keadaan anaknya seperti ini
Menangis…. Ya…  saya lakukan
Malam-malam ketika suami sudah tertidur
Kadang sambil menyetir mobil saya juga menangis…
Karena sedih kenapa Bungsu ku harus mengalami hal seperti ini
Seandainya bisa… saya ingin menggantikan tempatnya

Siapa yang tidak menangis,
Saya psikolog yang biasa memberi tes kepada orang lain..
Saat itu melihat sendiri perilaku anaknya waktu di tes
Ya… saya menangis,
Itu lah… subyektif
Maunya saya si Bungsu mengerjakan dengan cepat langsung menjawab dan tepat
Tidak main-main dulu, senyum-senyum dulu baru menjawab atau mengerjakannya dengan asal
Duh biyung….

Sampailah saya pada permenungan, subyeknya di sini si Bungsu
Bukan saya atau siapapun…
Jadi semata-mata ini semua demi dia
Saya, suami, kakak-kakaknya bingung
Bagaimana dia?
Tentunya dia juga bingung, lebih bingung malah

Dengan tujuannya untuk si Bungsu mulailah perjalanan ini dilalui bersama
Yang utama… mungkin dia tidak berprestasi secara akademik, atau apa lah nantinya..
Yang terpenting dia harus punya nilai hidup yang positif
Harus… jujur, hormat pada orang lain yang seperti itu
Segalanya akan lancar kalau dia bisa menolong dirinya sendiri terlebih dulu,
dia perlu untuk mandiri

Tidak ada yang mentang-mentang…
Mentang-mentang unik… boleh gitu manja… oh no no…
Mentang-mentang unik… boleh gitu berbohong… no way
Mentang-mentang unik… boleh gitu menghina orang lain… jangan sampai…

Kadang saya terlihat terlalu tangguh untuknya, tegas…
Sumber pertengkaran dengan suami tepatnya
Saya tampak kurang kasihan, suami sering mengasihani

Mari lanjut…

Hasil IQnya bagaimana?
Saya siap saat itu untuk mengambil hasil pemeriksaan psikologisnya
Waktu dengan terbata-bata ibu Mayke mulai menerangkan,
Saya juga menenangkan diri…
Diterangkan bahwa ada kelompok IQ yang rata-rata…
Di atasnya adalah…. Di atas rata-rata dan jenius
Di bawahnya adalah… Di bawah rata-rata dan keterbelakangmental
(karena dipandang saya bukan psikolog, beliau menerangkan seperti yang seharusnya dilakukan kepada klien manapun, dijelaskan dengan detil)

Dan… fokus hati adalah keterbelakangmental, di situ lah nanti penentu apakah si Bungsu akan sekolah di SLB atau tidak
Jadi saya dan suami deg-deg-an untuk mengetahui apakah si Bungsu ada di kelompok yang mana

Hasilnya… si Bungsu memiliki tingkat kecerdasan rata-rata

Dengan demikian… berarti saya bisa memberikan tuntutan dan tuntunan yang pas
Rata-rata adalah golongan tingkat kecerdasan yang kalaupun mau dia bisa bersekolah tinggi
Akhirnya diputuskanlah si Bungsu tetap meneruskan ke TK biasa

Si Bungsu sekolah TK di sekolah biasa,
tetapi sore hari (akhirnya) mengikuti terapi di Pelangi Harapan, Pulo Mas
tempat dimana Dr Lily menjadi penasehat
Si Bungsu disini mengikuti terapi remedial pelajaran sekolah dan terapi lainnya,
konsentrasi, konsep warna, konsep hitungan, terapi untuk fokus dll
teman-temannya adalah mereka dengan autisme, keterbelakanganmental, dll

Saya menangis haru waktu suatu ketika saya lihat dia memimpin olahraga teman-temannya yang jauh lebih besar dan tinggi
Saya senang lihat si Bungsu menghargai temannya
Toleransinya besar terhadap teman-temannya di pelangi Harapan
Positif…

Beberapa hal yang saya pikir perlu dikembangkan lebih lagi adalah cara si Bungsu bereaksi emosional
Ia kalau sedih, atau kecewa atau jengkel meniru perilaku beberapa temannya di sana,
Yaitu berdiri di pojok ruangan, menghadap dinding dan kadang mengantukkan kepalanya
Itu yang perlu dilatih lagi
Bahwa apa yang temannya lakukan belum tentu cocok dengan dirinya

Gurunya namanya ibu Yana
(sudah 7 tahun ya kita tidak bertemu bu… ibu dimana sekarang?)
Ibu Yana ini sabar sekali
Observasinya detil tentang perkembangan si Bungsu

laporan perkembangan si Bungsu
Bahasa Reseptif, Bahasa Ekspresif dan Akademik

Beliaulah yang mengusulkan untuk melihat caranya si Bungsu menulis
Terlalu dekat dengan halaman yang ditulisnya…
Beliau juga mengusulkan untuk menunda masuknya si Bungsu ke kelas 1 SD
Rasanya dia belum siap masuk kelas 1 SD

Dia tidak kami perpanjang TKnya
Biarlah dengan segala keunikannya dia kejar apa yang bisa dia kejar

Dia lulus TK
satu... terlalui... lagi...
syukurlah...



Waktu itu kami juga ingin pendapat psikolognya,
Dan karena kesibukan ibu Mayke, dansaat itu beliau di luar negeri
Si Bungsu pun saat itu ditangani ibu Alzena Masykouri
Yang sebetulnya sudah mengisyaratkan untuk lebih baik mencari sekolah yang lebih tepat
Bukan sekolah konvensional dengan cara pengejaran yang massal,
Satu kelas lebih dari 30 murid dan hanya dengan 1 guru

Tetapi dengan pertimbangan Self-Esteem, harga diri…
Kami tetap memasukkannya ke kelas 1 SD umum

tulisan si Bungsu
belum bisa membaca, dia mencontek huruf-huruf dari buku
tapi lihat deh... tulisannya rapi, hurufnya nyeni
tahun 2008

Dan betul ibu Yana
Si Bungsu tergopoh-gopoh untuk mengikuti pelajaran di kelas !
Saya sering sekali dipanggil gurunya,
Sering sekali… tentang nilainya
Ulangan sering mendapat nilai nol
Kalau terima rapot…. Si Sulung dan Tengah dipuji karena nilainya di atas rata-rata kelas,
Si Bungsu dipuji karena dia senang ke sekolah, kita gak usah membahas nilainya
Asal dia senang… dan mau ke sekolah… kita puas
Jadi kadang kita sendiri gak tega membahas angkanya…
Tetapi dia ingin sama dengan kakaknya,
dia tanpa ditanya pun berkata “Aku juga nilainya bagus…. Ini bisa enam semua niy”
Dan yang dia lihat itu adalah nilai di kolom rata-rata kelas… bukan kolom nilainya…
Hehehe… adik we love you

Tetapi dia bisa dengan jatuh bangunnya, naik ke kelas 2
Mulailah kelas 2 ini si Bungsu sangat-sangat kesulitan
Ternyata dia bermasalah dengan penglihatannya juga
Dia hampir tidak bisa jelas melihat
Pakailah kacamata
Kacamatanya sering hilang, dia lupa meletakkannya
Kadang pecah karena dia duduki
Daripada bertengkar tentang keteledorannya … dan buat dia tambah stres
Dia pernah dibuatkan kacamata sampai 3 dalam sekali pesan,
dan ukurannya pun cepat berganti... kami sekring sekali ke dokter mata
jika dia sudah malas pakai kacamatanya,
itu pertanda ukurannya sudah perlu disesuaikan lagi

Bukan hanya kacamata
Juga hal lain…
Buku mulai sering tidak terbawa
PR tidak dikerjakan
Catatan tidak lengkap
Buku tugas juga menulisnya tidak lengkap
Tulisannya tidak rapi, tidak jelas dia menulis apa
Huruf hilang-hilang, tidak lengkap

mulai ada aturan, tulisannya mulai gak nyeni
banyak kata yang tidak lengkap sehingga harus diperbaiki ibu gurunya
kurang rapi, seenaknya saja menulis... kesannya

Dan…
Karena gurunya mulai banyak
Keluhan dari guru pun bertambah
Selain prestasi akademik, keluhan lain muncul
Si Bungsu mulai menghilang dari kelas…
bermain di halaman, malas masuk kelas, sering dicari ibu guru…
Parahnya…
Tekanan sosial mulai ada
“Bego”… “Goblok”…. Mulai dia dengar
Atau dengan tambahan kacamata… temannya bilang “anak monyet”

Pernah saya jemput dia,
Kita pulang naik mobil antar jemput dengan banyak anak lain
Dia dikatai “Anak monyet”
Saya tanya perasaan si Bungsu
Jawabnya “Aku sedih”
Saya minta ijin untuk menegur mereka
“Enggak usah ibu.. “
Waktu saya bilang perlu saatnya untuk punya prinsip,
Harus menegakkan harga diri,
Biar mereka tahu bahwa mengejek itu menyakiti hati orang lain,
Mereka harus ditegur,
Tapi dia lain,
“Biar aku cantik di sini saja bu (menunjuk dada-inner beauty-)”
Saya terpana
Tetapi tetap mempengaruhinya agar saya bisa menegur mereka
Napsu banget ini emaknya… tapi tahu kalau saya marah di depannya itu juga kurang baik
Saya menunjukkan perilaku tidak bisa mengelola reaksi emosi
Padahal kami sering kali sedih karena dia waktu itu sulit sekali mengelola reaksi emosinya
jadi saya harus tanya ijinnya untuk menegur mereka yang mengejeknya
Kali ini saya heran banget, dia tenang…
“menurut ibu aku cantik gak”
“ya iya lah dik… banget-banget”
“ya udah itu cukup… aku cantik  kata ibu”
Kupeluknya dirinya….

Tapi keesokannya,
Saya cari sekolah baru untuknya….
Biar bagaimana, saya harus mengambil keputusan eksekutif… 
Keputusan penting 
Karena melihat situasi yang kurang bersahabat
Rasanya usaha si Bungsu menjadi kurang terapresiasi jika berada di lingkungan yang juga kurang kondusif

Biarlah…
Suami saya pun menganga waktu saya bilang sudah menemukan dan berkunjung ke calon sekolah baru si Bungsu

Sekarang saat saya turuti kata ibu Alzena Masykouri
Saya pindahkan ke sekolah yang lebih cocok dengan keadaan si Bungsu
Sekolah active learning, bukan cara pengajaran 1 arah
Sekolah inklusi dimana dalam satu kelas menerima anak yang berkebutuhan khusus
Ini sekolah umum juga…
Sekolah kebangsaan, bukan Bahasa Inggris sebagai pengantar

Mudahkah si Bungsu di sekolah barunya ?
Nyamankah dia ?
(silakan baca juga di sini)

Kesabaran guru-gurunya luar biasa
Si Bungsu ternyata bermasalah juga dengan penglihatannya
Waktu itu belum didirikan diagnose kenapa si Bungsu bermasalah di akademiknya
Guru panik karena si Bungsu berteriak-teriak, trantrum dan ngambek, pernah…
Guru sampai nemeni di kamar mandi karena si Bungsu mengunci diri di kamar mandi, pernah…
Teman-temannya sulit memahami cerita si Bungsu ya gak kurang-kurang
Bertengkar dengan temannya karena kesalahpahaman, ya sering
Maukah belajar? Menghitung dan menghafal catatan?
sikapnya tetap belum ada kemajuan, 
sangat sulit diminta belajar 
membaca tidak pernah selesai, satu halaman itu sudah hebat,
dan nyatanya tidak pernah dia tahan membaca 1 halaman pun
menggambar atau melukis bagaimana? ya seadanya...
kadang satu gambar.... bagus bisa selesai di cicil sampai seminggu
etos kerjanya.... asal
asal kerja
asal belajar
asal mewarnai asal menggambar asal melukis... asal

perlu guru les yang mengulang semua pelajaran yang didapatkannya di sekolah
luar biasa pertengkaran akan meledak kalau belajar dengan ibu atau bapaknya....
perlu guru menggambar melukis untuk membantunya fokus dan tekun pada tugas
Bisakah?
sampai kelas 4 semua masih menahan diri agar situasi secara keseluruhan nyaman
supaya dia tidak trantum, marah dan kesal 
menjaga kestabilan emosi dan reaksinya penting,
semua menahan diri
di rumah maupun di sekolah

Tetapi jelas si Bungsu lebih nyaman di sekolahnya ini
Akibatnya
Penglihatannya yang juga sedang dalam perawatan dokter mata, berkembang semakin membaik
Dari yang dianggap hampir tidak melihat, karena bentuk matanya yang unik
Akhirnya karena dia nyaman, tidak stress… matanya malah berkembang dengan lebih baik
Walau tidak optimum
Namun jauh lebih baik dari yang diharapkan semula

Barulah…
Akhirnya datanglah yang ditunggu
Bungsu di diagnosa mengalami Disleksia

Lega
karena saya pribadi bisa lebih bisa membantunya
meletakkan target pencapaian yang sesuai dengan keadaannya

Dia diceritakan sebisanya
sepenangkapannya,
apa itu disleksia

Sekarang dia lebih tekun bekerja
Baking cooking sudah mulai bisa rapi,
Belajar sudah mulai dengan kesadaran
walau dengan istirahat setiap beberapa menit belajar
Membaca buku bisa memaksakan diri untuk selesai setengah halaman
Menggambar bisa sekali kerja sampai selesai, tuntas

buatan si Bungsu tahun 2013 usia 11 tahun
bimbingan guru lukisnya mbak Ocha
Sanggar Lukis Osaze

Apakah penderita disleksia tidak sukses?
Hhhm….
Leonardo da Vinci
Agatha Christi
Anthony Hopkins
Steven Spielberg
John Lennon
Albert Einsten
Henry Ford
Tom Cruise
Keira Knightley
Masih banyak lagi…

Jamie Oliver... jangan lupa dicatat
chef yang bukunya dijadikan alas tidur Bungsu
karena tidak nyangka ada chef terkenal yang disleksia
may I join the club sir...
and Jamie smile at Fera
yuhuuuuuuu hurayyyy
gitu kali mimpinya karena tidur dengan bantal cooking booknya Jamie Oliver

Jangan khawatir…. Bungsu ku menyusul daftar tingkat dunia di atas….
percaya lah
dia pejuang

Sukses tingkat dunia ya dik….

anak cantik ibu
keajaiban dari Tuhan untuk diperjuangkan sepenuh hati
bermimpilah... langit batasnya
raihlah... bahagialah



4 comments:

  1. saat saya melihat adek fera di TV, sama sekali tak terlihat dia seseorang yang unik. dia sama seperti yang laen, sehat dan hebat. sekarang, setelah saya membaca tulisan ibu, saya tau kenapa seseorang se unik adek fera bisa menjadi hebat, karena dia memiliki ibu yang berhati malaikat seperti anda. saya berdoa, semoga saat saya sudah memiliki baby, saya bisa sekuat dan sehebat ibu. semngat ya bu..trima kasih inspirasinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya ya ya.... senang Fera dilihat tidak berbeda,
      itu usaha terus menerus untuk menjadi lebih baik
      Fera nya au secara positif lebih maju
      itu yang saya sangat syukuri

      amin,,, senoga saat sudah memiliki baby
      anda menjadi orang tua yang tidak pernah menyerah untuk anak,
      apapun itu kita usahakan yang terbaik untuk buah hati kita
      entah dengan tegar atau pun rapuh
      itu manusiawi
      tetapi tetaplah bertahan.....
      ibu/orangtua itu benteng terakir... batu karang kuat tempat buah hati bersandar....
      mari... never give up

      Delete
  2. Halo, Tante Pipin. Saya Ela, mahasiswi S1 Psikologi di universitas swasta di Jogja. Saya mengucapkan terima kasih sekaligus izin karena tulisan tante telah membantu saya dalam pengerjaan tugas kuliah. Awalnya, saya menemukan deskripsi tentang Fera melalui YouTube, yg diliput di NetTV. Kemudian karena saya memerlukan data yang lebih lengkap, saya kejar sampai ke blog tante.
    Saya terkesan dengan tante dalam menghadapi keunikan Fera. Ilmu-ilmu kita dipake banget sama tante dalam tumbuh kembang Fera juga kedua kakaknya. Luar biasa, semoga Tuhan memberkati. :)

    e-mail saya: ela_psiusd11@yahoo.co.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Ela...
      senang tahu Ela ulet mencari informasi
      silakan saja memakai informasi yang ada di sini ya La...
      kalau masih kurang dan Ela mau tanya lagi, silakan kirim email saja
      bisa lewat alamat email saya :
      yosi_iksam@yahoo.com

      cepat lulus kuliahnya ya Ela,
      biar ilmunya bisa dipergunakan untuk membantu banyak orang dan anak-anak lain lagi

      cepat jadi kolega saya, hehehehe.....

      Delete