09 January 2014

Akademik vs Pengembangan Minat : Bukan Hal Mudah ikut Junior MasterChef Indonesia 2014


Diary 29 November 2013

Langkah berikutnya setelah anakku si Bungsu dinyatakan sebagai peserta Junior Master Chef Indonesia pertama
dan dia sangat bersyukur mendapatkannya,
maka selanjutnya adalah ke sekolah...
memberitahu dan minta ijin
karantinanya akan sekitar 3 bulan

waktu jadi Puteri Ensiklopedia saat pentas sekolah tahun 2013
begini situasinya
sekolah tidak akan menolak
tidak akan menghalangi Bungsuku
bahkan bersedia memberikan surat ijin untuk mengikuti even JMCI ini
surat ijinnya hanya 1 minggu,
selebih 1 minggu status sekolah adalah mengeetahui keberadaan si Bungsu
alasannya kenapa hanya 1 minggu,
adalah karena aturan dari Diknas
itu saja sebenarnya bisa dianggap absen dan ancamannya tidak naik kelas

berulang kali ditekankan bahwa bisa tidak naik kelas
karena sekolah juga tidak mengusahakan untuk mendukung siswanya ikut kejar paket A
jadi....
kalau si Bungsu berarti tidak lulus

saya bisa menerima alasan sekolah
berterimakasih masih diijinkan

tetapi sekolah juga bertugas untuk mengingatkan
bahwa sejak Januari sekolah sudah memulai dengan serius persiapan Ujian Nasional
(sekarang istilahnya ujian dari Kodya, tidak ada lagi ujian Nasional untuk tingkat SD)
dan juga ada Ujian Sekolah
dan Ujian Praktek
serta Ulangan Umum semester genap
dan banyak try out

bahwa sekolah sudah menyempatkan guru-gurunya untuk memberi tambahan kelas agar siswa lebih mampu lagi
sayang jika si Bungsu tidak mengikuti semuanya itu

lebih lanjut... sekolah berkata seperti ini :
sesuatu yang tidak terpikirkan sama sekali sebelumnya oleh saya

"kita ambil mentoknya.... kalau dia sampai grand final berarti itu 3 bulan ibu, bagaimana dia siap untuk Ujian Nasionalnya?"



(saya saat itu... hanya bersyukur si Bungsu bisa ikut, dan tidak meletakkan target apapun untuknya... kecuali... nikmati dan bersenang-senang lah... salah ya? cuma untuk senang-senang tanpa taret...)

juga dijelaskan,
bahwa Bungsu perkembangannya pesat,
bahwa sekolah percaya padanya
maka ia tidak akan didaftarkan sebagai murid yang mengikuti ujian dengan guru pendamping
dan dipercaya ia bisa bersama teman-temannya menyiapkan ujiannya
jadi tidak dibedakan...
dia dianggap sudah mampu


dan kekhawatiran sekolah berlanjut,
"lalu bagaimana kami bisa bertanggungjwab kalau tidak mempersiapkan anak-anak termasuk putri ibu?"

mereka keberatan...
mereka khawatir...

bagaimana kalau begitu?
saya harus bagaimana?

saya dari keluarga yang menomorsatukan pendidikan
jika ini terjadi pada Sulung atau Tengah...
saya jelas akan memberitahunya untuk lupakan dan fokuslah pada ujian
JMCI hanya sementara tetapi akademik akan lebih menetap
begitu alasan saya

tetapi ini si Bungsu
yang dari awal masuk sekolah di SDnya ini sudah mengikuti ekstrakurikuler kuliner
yang sebenarnya setiap semester bisa berganti peminatan
tapi dia terus menerus tanpa henti untuk ikut ekskul kuliner
kecuali ketika kelas 5 semester 2 saat yang ikut hanya si Bungsu,
peserta ekskul kuliner tidak mencapai kuota
lalu ia tidak diijinkan untuk mengikuti ekskul kuliner karena memang ditiadakan

dan apa yang dilakukan Bungsu ku...???
menelpon bu Betty guru kulinernya untuk tetap diijinkan masuk kuliner dengan kelompok kelas adik-adiknya
ketika ditolak, bahkan ia bilang ke saya
"jadi yang bersih-bersih peralatan adik kelas selesai kuliner juga bersedia.. asal aku tetap ikutan ekskul kuliner"
apa dibolehkan bu Betty?
tentu tidak terjadi...

ya.. ini si Bungsu dengan dyslexia nya
yang sering kalau sedang kesulitan dalam belajar
lalu bilang "boleh gak aku gak usah nerusin SD tapi langsung SMK Tata Boga?'

ya ini Bungsu
bukan Sulung bukan Tengah...
apa yang saya harus perbuat? akademik atau minat yang diprioritaskan

saya paham pentingnya akademik
saya paham..
saya sendiri senang belajar
dan sikap itu hasil pembentukan nilai-nilai yang konsisten diajarkan orangtua saya
suami saya juga orang yang mengutamakan akademik
kami paham pentingnya akademik... paham sungguh...

di sisi lain
saya paham ini passion si Bungsu
ini mimpinya
bukan sekedar kesenangan dan hobby tetapi mungkin inilah hidup si Bungsu
apa hak saya mengambil mimpinya

sedang di depan kelas di depan siswi2 saya
saya bilang kejarlah mimpimu
bermimpilah apa saja, langit batasnya

lalu pada si Bungsu ini... saya harus bagaimana?
saya mengalami konflik bathin...

saya berbagi beban ini kepada si Bungsu
saya terangkan situasinya
dan bungsuku terdiam
seperti waktu itu saya suruh tidak usah mendaftar acara ini karena mau ujian
dia terdiam...

"Jangan suruh aku memilih ibu...
aku mau lulus sekolah, mau SMP
aku juga mau ikut Junior MasterChef Indonesia"


kami terbentur pada dinding yang keras
bingung harus bagaimana menyikapinya

saya sempat bilang kepadanya,
taruhannya besar karena belum tentu kamu juara Junior MasterChef Indonesia,
juga bisa tidak lulus sekolah, mengulang kelas 6 SD

jawabnya setelah beberapa hari dia berpikir,
"aku ikutan aja ya bu... ngulang kelas 6 sama adik kelas juga gak papa bu,
adik kelasku baik-baik kok bu... ibu malu enggak kalau aku gak lulus ngulang kelas 6 lagi?"

haduh anak ini....

dalam konteks lain sebenarnya.... kalau direnung-renung
sekolah mendoakan dia sampai grand final
kenapa saya tidak menyegerakan juga
dengan cepat mengambil keputusan
untuk juga mendoakan anak saya sampai grand final?

mari arahkan fokus perhatian...
bukan saya dan kegalauan saya yang penting
tetapi si Bungsu adalah subyeknya

maka.....

biarkan bagaimananya nanti
mari biarkan dia mengikuti peluang ini
bermimpi semakin tinggi .... langit batasan nya

dik, raihlah mimpimu
bersenang-senanglah
sampai mana saja langkahmu di Junior MasterChef Indonesia 1 ini...
bersenang-senanglah

ibu di sini... ada siap membantu kalau diperlukan

selamat ya dik







No comments:

Post a Comment