17 May 2010

They are rainbows on my magical journey of life


Perjalanan saya dengan si Bungsu sudah dimulai sejak dia having nightmare almost every night when she was 3 years old
dan di saat dia dianggap terlambat untuk berbicara,
lalu berkembang mendalam saat timbul masalah sosial.
Dimana Bungsu dilihat mengganggu oleh teman2 TKnya,
dijadikan pembicaraan sesama temannya dan orang tua murid,
diminta konsul dengan dokter anak dan neurolog dan psikolog (ibunya menjadi tidak mempan dalam hal ini...:p)
Dari yang diduga memiliki tingkat kecerdasan rendah, dan diminta ikhlas untuk tidak akan bersekolah di sekolah umum, dari terapi remedial yang rajin diikuti Bungsu,
dari rasa frustasinya menghadapi tuntutan sosial dan tuntutan akademik di sekolahnya,
dari penglihatannya yang bermasalah yang salah diagnosis dan sebagainya.........

seperti naik rollercoster... up and down sometimes jungkir balik....
Perjalanan yang cukup panjang, cukup melelahkan tapi cukup menantang

Menantang???? ya, menantang....
karena Bungsu membuktikan bukannya full of negativisme, tapi dia ceria, periang, semangat dan mandiri
karena dia tidak sendiri,
ada bapaknya yang tidak pernah menyerah,
ada mas Sulung nya dan mbak Tengah nya, yang menjadi selimut hati di rumah ini dikala Bungsu, bapak atau ibunya mengalami kebekuan...
karena ada eyang, om dan tante yang tidak berhenti menyemangati si Bungsu
karena ibunya Bungsu punya banyak teman yang care... yang memberikan saran yang hebat-hebat

Melihat usaha yang belum terganjar hal positif,
malah mulai ada kecenderungan sebagai bahan olok-olok...
rencana memindahkan Bungsu ke sekolah yang lebih tepat mulai dibicarakan,
tour de school dijalankan,
saran dari semua tante (banyak betul tante nya Bungsu:p) ditelusuri.
Dan berakhir di satu sekolahan yang mensyaratkan adanya tes kepribadian yang dengan halus kepala sekolahnya memberitahu bahwa ada sekolah lain yang psychological supportnya juga bagus,
perasaan ditolak mulai merambati kami sebagai orang tua,
ini yang disebut tekanan sosial... penerimaan sosial
dan perasaan tidak diterima makin terasa... :(
tapi menyadari bahwa benar,
tes kepribadian memang perlu dilakukan agar patokan bisa ditegakkan

oke, kalau memang kata neurolognya harus masuk SLB
dan saya ibunya harus tahu keadaan dan menerima dengan ikhlas
baiiiik... saya mencoba ikhlas
dan tetap perlu menegakkan patokannya dulu
apakah betul memang hal itu yang paling tepat dilakukan

Saya dan Bungsu pun menemui psikolog di klinik Kancil - Kemang,
namanya ibu Alzena Masykouri.....
yang memberi analisa kepribadian untuk Bungsu dan mau dengan detil memberitahu sekolah mana saja yang sebaiknya dituju

Saya dan Bungsu merasakan dukungan yang tak berhenti mengalir,
agar tetap optimis dan bertahan dalam proses yang tidak sederhana
Masa-masa ini adalah masa yang melelahkan karena kadang saya tidak tahu harus berbuat apa dan bertanya kemana,
jauh di dalam hati saya, saya tahu Bungsu pun berjuang,
saya seperti kehilangan akal bagaimana menjembatani dia dan lingkungan sosialnya
saya yakin Bungsu bisa,
permintaan saya adalah bisakah lingkungan tidak bergerak terlalu cepat,
tidak menuntut terlalu tinggi...
anak saya sedang berlari, please tunggu dia....
tapi saya juga paham, semuanya harus bergerak maju dan selalu ada tuntutan

Beruntunglah saya, di saat kritis,
di saat kepercayaan diri Bungu (dan juga saya sebagai ibunya) berada di titik terendah, ada banyak harapan diberikan...
ada banyak pelangi mendampingi perjalanan kami,
termasuk di dalamnya ibu Alzena Masykouri itu...

Sebagai bentuk ucapan terima kasih saya terhadap semua dukungan yang diberikan,
saya copy-kan surat saya kepada ibu Alzena (Nana) Masykouri,
yang ternyata melalui facebook baru tahu kalau adalah adik angkatan dulu saat kuliah di Bandung....
dan sama-sama masuk jejaring tukang 'masak' tukang bikin kue......
dunia terasa sempit,
sehingga relasi awal yang formal dan resmi, yang awalnya memanggil ibu di ruang konseling, akhirnya ibu Nana gak mau dipanggil ibu oleh saya, minta by her name saja, Nana
-aaah tapi 'ibu' Nana nya tetep manggil saya dengan embel-embel ibu....
gak adil, saya dibiarkan merasa tuwa...:( -

dunia menjadi terasa sempit namun hangat....

Semoga surat itu mewakili perasaan saya yang menjadi hangat karena teman-teman semua
surat saya untuk Nana, adalah perasaan bersyukur saya
saya perlihatkan sekarang,
sebagai bentuk rasa bersyukur saya dengan semua teman yang ada di sisi saya dan Bungsu melewati perjalanan ini
terima kasih tak terhingga...

sekarang Bungsu sekolah di kelas 2 di SD Kupu-Kupu, Jl. Kemang VII dalam no 14, Jakarta Selatan
suatu sekolah umum yang sifatnya active learning, dimana 1 kelas berisi kurleb 24 murid dengan 2 guru
(tolong perhatikan, kata-katanya... 'sekolah umum')

at here, a magical journey begin....

**********

Saya panggil Nana ya (aduh punten, kikuk juga...)
jadi setelah dapet hasil tes kepribadian itu, langsung minggu berikutnya ke Kupu-Kupu,
saya langsung sreg... tapi suami saya tidak,
karena sekolahnya belum ada kelulusannya jadi menurutnya kurang teruji...
tapi prioritas saya adalah kenyamanan Bungsu supaya berkembangnya lebih optimal
gak stres,
karena sudah banyak keluhan dari sekolah sebelumnya kalau Bungsu ketinggalan ini ketinggalan itu dan nilai2nya menurun
dan yang gak kalah repot temen2nya juga sudah teasing her, bilang "bego"lah...

Pas observasi di Kupu-Kupu (hari Kamis),
Bungsu sudah bilang "aku gak mau ibu, sekolahannya jelek (gak ada perosotannya:p)"
saat itu saya dan suami saya juga diinterview oleh Ketua Yayasan nya,
suami saya denger Bungsu bicara gitu seperti dapat angin "ya udah kayaknya gak usah di sini aja ya, kok gak kayak sekolahan"
ya saya bilang "baiklah... jalani hari ini dulu, nanti sepulangnya dari sini kita putuskan lagi"

Proses interview saya dan suami berjalan lancar,
observasi pada Bungsu saya tidak bisa pantau, karena dia mengikuti proses belajar selama sekitar 3 jam an,
Pulangnya di mobil, Bungsu bilang "mulai besok pindah sini aja ya bu, aku senang, gurunya baik, temennya baik"
suami saya bilang "nanti dulu ya... liat sekolah lain dulu"
tapi siang itu juga ternyata kepsek Kupu-Kupu -ibu Yanti- menelpon dan bicara panjang lebar dan minta mulai pindah besok
wah wah.... big decision ini...

baru Seninnya Bungsu bersekolah di Kupu-Kupu,
seperti sulap,
Bungsu ku yang nyebelin (hehehe..) mulai kelihatan cantik di mata saya...
berbinar-binar...
banyak bertanya...
lebih keras dengan pendapatnya
-positifnya, diskusi berjalan lebih panjang dengan dia sekarang-

Bungsu ku bilang... "ibu.. aku disapa kakak kelas, rasanya seneng sekali, kakak itu tahu namaku lho bu",
menjadi seseorang -being SOMEBODY- ternyata berdampak amat positif ya
seperti sulap,
tidak ada males2an lagi, semangat sekolah, semangat les, semangat untuk nanya ini nanya itu.... gairah hidupnya memancar...

Doa yang saya lafalkan hanya berharap ini pilihan yang tepat yang tidak disesali dikemudian...
saya akan sedih jika Bungsu tidak bisa berkembang nyaman dan optimal...

laporan dari gurunya dan kepala sekolahnya juga membuat saya ingin menangis,
ya Nana... karena dengan Bungsu belum pernah sebelumnya saya mendapat laporan yang meringankan hati :(
"baru kali ini ada anak di sini yang empatinya besar ibu... mana pernah anak baru bisa bilang ke temannya saat makan siang begini : "ayo kamu bisa, tinggal tiga suap lagi (sambil Bungsu mengacungkan tiga jari), pelan-pelan saja dikunyahnya, saya tungguin deh... habiskan yuk makanannya" padahal bu, Bungsu belum kenal dengan temannya itu.." kata bu Meira guru kelasnya

Dia ikut ekskul kuliner dan tae kwondo, pilihannya sendiri...
Karena memang dia lebih menonjol praktikalnya maka saya dukung saja,
terakhir karena memang selama ini tidak ada pelajaran musik dan dia tertinggal, oleh guru musiknya Bungsu diminta ekskul biola juga, dan anehnya Bungsu mau saja.....
sikapnya makin banyak yang positif Nana.... seperti sulap.....

terima kasih atas saran-sarannya....

Tuhan memang menjawab doa kami,
lewat Nana...
psikolog yang memberikan jawaban yang memang tepat pada kebutuhan kliennya

terima kasih Nana memberikan harapan
yang memintanyapun kami rasanya tidak pantas
karena sudah lama kami merasa lingkungan tidak berbelaskasih pada Bungsu
ini perjalanan panjang Bungsu...
untuk mengetahui bagaimana dia menjadi lebih baik,
pernah nyaris salah penanganan terhadap matanya yang pernah digambarkan tidak dapat melihat dengan jelas selamanya
pernah diminta masuk SLB karena dianggap memiliki keterbatasan
pernah diminta orang tua murid untuk keluar dari kegiatan tari karena dianggap mengganggu
pernah ditolak di sekolah tertentu malah direfer ke sekolah lain

terima kasih ya Nana
memberi penguatan pada saya
untuk tetap punya keyakinan pada Bungsu...

memang masih panjang perjalanan kami
mudah2an Nana masih bersedia menjadi pelangi buat Bungsu

this is real a long journey for my Bungsu...
thank you for being there
it's mean a lot for us
THANK YOU VERY VERY MUCH...

**********
dan ini jawaban dari ibu psikolog yang budiman itu...

Alzena Masykouri February 3 at 10:11am

*ngelap mata, beneran*

Subhanallah,, Alhamdulillah,, bu, semoga Bungsu bisa berkembang lebih baik ya,, bahagianya kalau Bungsu bisa menemukan potensi dirinya ya, Bu,, salam untuk dia, selamat senang2 di sekolah :)

**********

terima kasih
atas kasih yang sudah diberikan teman-teman selama ini pada saya juga Bungsu saya

you're my rainbow and still hope be mine in this magical journey of my life

God Bless You All,
salam dari Bungsu

No comments:

Post a Comment