15 June 2010

Hidup berdampingan dengan Remaja

Kedua orang tua Trilili (bukan nama sebenarnya) datang ke ruang konseling.
"Ibu, kami bingung menghadapi Trilili, kenapa sekarang dia banyak sekali membantah"
Sejak kapan pak, dia begitu
"Sejak masuk SMP ini. Aduh bu... dulu dia anak manis, sopan, patuh.
Sekarang kenapa susah sekali diatur. Kami pusing sekali.
Jangankan diskusi, mengingatkan untuk melakukan sesuatu yang baik, kami tidak didengarkan.
Padahal itu untuk kepentingannya peribadi, dia tidak mau peduli.
Meledak kepala kami bu. Segala cara sudah kami lakukan, tetap tidak berhasil"

Mulailah diskusi tentang anak usia pubertas dan remaja terjadi di ruang konseling.
Tampak sungguh, kegusaran dan kecemasan orang tua akan sikap anaknya.
"Kami takut bu. Kalau dikerasin, dia lari. Tapi kalau dibaikin, dia nglunjak.
Kami capek bu, menu sehari-hari adalah bertengkar bu. Diminta untuk mandi, makan apalagi disuruh belajar... wah seperti kita perang dunia ketiga aja,
pasti ujung-ujungnya saling berteriak dan diakhiri dengan anak kami membanting pintu kamar,
menutupnya dan menguncinya, dan kami kehilangan kontak dengan dia yang sedang ngambek itu"

Ya pak, bu... selamat datang, welcome to the club :)
Memang tidak mudah jika anggota keluarga kita ada yang remaja... butuh adaptasi.
Bukan saja si remaja tetapi anggota keluarga lainnya juga harus beradaptasi.
Dulu anak kita seperti suatu cerita di dalam buku, yang sudah diketahui bagaimana endingnya.
Mudah ditebak.
Jika merajuk, kita tahu apa yang akan membuatnya senang kembali.
Kita tahu kapan dia berbohong, kapan dia menyembunyikan nilai ulangannya yang buruk.
Sekarang?? Bagaimana mau membaca endingnya, akhir cerita... bab berikutnya pun tidak pasti.
Berangkat sekolah bernyanyi riang, pulang sekolah cemberut, marah, membanting pintu, menolak makan siang.... wah bagai bumi dan langit hanya dalam sekilas.
Dulu seperti berjalan di daerah pedesaan, tenang dan menyegarkan.
Sekarang??? Emosi teraduk-aduk, seperti perut mual jika naik roller coaster.
Turun naik tidak beraturan. Kadang menanjak menuju langit, tiba-tiba menukik tajam, turun dengan curamnya dan dalam waktu yang singkat.

"Addduuuuh bu, dengar penjelasan ibu saya tegang.
Makin terasa capek sekali hidup dengan Trilili. Apakah semua remaja seperti itu ibu? Apakah semua orang tua semenderita kami bu?"
Yaaaah memang masanya pak, bu, tapi tidak semua menjadi dirasakan berat, rumit dan menyusahkan.
Kita perlu untuk melaluinya memang....
"Addduuuuh bu, sampai kapan kira-kiranya penderitaan kami berhenti, minimal berkurang?"
(Hhhmmm....tampak sekali situasi ini sangat tidak nyaman untuk orang tua Trilili)
Kalau tidak ada kerjasama dan komunikasi yang baik, bisa bertahan lama...
ya tapi biasanya setelah SMA atau kuliah bisa berubah sih pak, bu.... asal orang tua dan si anak mengusahakannya bersama.
"Adddduuuuh bu... nunggu sampai dia SMA??? Waduh, paling tidak 5-6 tahun lagi ya bu.... addduuuuhhhh ibu lama sekali, apa kami kuat bertahan?"
Wah bapak ini lucu, dengan anak sendiri kok gak tahan? :)
(banyak sekali bapak ini beraduh-aduh... situasinya memang tidak tertahankan rupanya)
"Capek bu tiap hari tiada henti adu pendapat. Melelahkan. Dibaikin ngelunjak, gak sopan. Kalau njawab ya bu, gayanya... ck ck ck, sombong amet. Nantangin. Bikin tekanan darah tinggi saya naik. Mending sekalian dimarahin kan bu?"

Ada tips-tipsnya pak...
tapi sekarang pilihannya adalah
mau menikmati 'sisa waktu' yang 5-6 tahun ini karena setelah itu anak bapak lebih membuka lingkup sosialnya, dan ia kemungkinan besar akan lebih banyak bergaul berteman dan bicara dengan teman-temannya, anggaplah dia akan 'hilang' nantinya
ATAU
'hilang' dari sekarang.... Trilili tidak bercerita dan membuka diri pada bapak ibu

"Oooohhh begitu ya bu, kalau kami bersikap keras, bisa jadi dia tidak menganggap kami orang tuanya lagi ya bu... ya tentu sebenarnya kami sayang dengan dia.
Kami gak mau dia 'hilang' dari sekarang gara-gara di rumah seperti neraka.
Kalau bukan kami orang tuanya, siapa yang akan tahan dengan dia. Saya rasa dia juga berharap kami bertahan untuk dia ya bu.."

Kesadaran bahwa remajanya perlu didampingi mulai timbul, mengambil alih kecemasan dan rasa marah yang ada dan mulai menurunkan tingkat emosi kedua orang tua Trilili

"Jadi, apa tips nya....???"

Yuuuuk mari kita bicara sekarang.....