19 April 2014

Eliminasi Pertama Junior MasterChef Indonesia


Ada di saat yang menyedihkan seperti eliminasi,
bagaimana sih rasanya?
aduuuh gak enak banget....

di saat anak-anak kikta di dalam galeri menunggu nasib
kami para pendamping serba tidak enak hati
saling pandang juga salah
saling membicarakan nasib lebih salah lagi

ini baru pertama kalinya
kita belum tahu adatnya,
anak-anak akan keluar dari pintu sebelah mana?
keadaannya apakah biasa saja
atau mereka akan menangis
betul-betul dua kelompok hati yang sama galaunya,
anak-anak dalam galeri
pendamping dalam ruang tunggu

menyebalkan....

mari mundur sebentar, kita putar waktu beberapa jam sebelumnya

ini keadaan sebelum eliminasi pertama kalinya itu
memasuki episode 2 tantangan eliminasi
seperti biasa...
setelah ngurus make-up.... ngurus rambut
yang perempuan kalau tidak dikepang, ya di rol buat kriting2 gitu,
atau sekedar dirapikan saja....
(Bungsu mulai berkenalan dengan segala macam alat yang memperindah rambutnya)

Claudia adik cantik yang baik... menemani Bungsu ku di permak tampilan rambutnya

saat break syuting,
saya sempat menyaksikan... betapa Christoper dan Alexander mencoba menenangkan Patrick yang menangis,
sedih karena merasa kurang sempurna memasaknya
Patrick sedih dan mendekap ayahnya,
mencoba mencari ketenangan pada ayahnya
(biasa dilakukan peserta kalau sedih, selalu mencari ayah atau ibunya untuk berkeluh kesah
itu salah satu tugas pendamping di sini, ada untuk para peserta)

Alexander, Christoper menghibur Patrick

sepertinya hari yang berat...



lalu sekarang... saat menanti eliminasi
betul-betul cemas buat semuanya
kali pertama soalnya... belum punya contoh harus bagaimana bersikap,
harus bicara apa sama anak yang tereliminasi
kalau Bungsu ku tereliminasi, apa yang harus saya katakan?
Ngomong apa?
bersikap apa? Meluk? Hanya memandangnya? atau nggapaiiin???

kalau bukan anak kita yang tereliminasi,
bagaimana bersikap pada anak yang tereliminasi?
kepada sesama penamping?
Situasi yang tidak menyenangkan sama sekali....

Pintu terbuka dan menangislah Claudia, Christoper dan Alexander...
oooh sedihnya kami semua
saling menatap, nanar...
memeluk anak kami masing-masing dalam bisu,
karena mengeluarkan kata "hebat" keras-keras, rasanya kurang pas
di saat temannya harus pulang....

menangislah kami juga para pendamping
melihat orang tua Claudia, Christoper dan Alexander.. mencoba membesarkan hati anak-anaknya
melihat Claudia, Christoper dan Alexander..... mencoba menyikapi impiannya yang pupus
menangis haru mewarnai malam itu
sedihnya terasa menusuk




mereka anak-anak hebat
berusaha dengan caranya sendiri untuk bertahan
bertahan dari rasa sakit karena pupus mimpinya menjadi Junior MasterChef Indonesia yang pertama

saya dan Bungsu doakan semoga kalian sukses terus di masa depan
tidak di sini
tetapi akan terbuka jalan lain yang lebih membahagiakan untuk meraih mimpinya

cepat atau lambat hanya ada satu orang yang menjadi juaranya
kemungkinan semuanya akan merasakan bagaimana tidak nyamannya di eliminasi

saatnya sekarang saya juga mulai menyiapkan si Bungsu untuk eliminasi
karena bukan hal itu yang penting dihadapi
bukan kejatuhannya
tetapi kebangkitannya
saya mulai berpikir keras sekarang...
bagaimana cara yang paling sesuai agar si Bungsu bisa menghadapinya dan mengalahkan eliminasi itu menjadi sesuatu yang lebih memotivasinya.....

berpikirlah Pin....

2 comments:

  1. Terharu Bu pipin bacanya :(, thanks for everything! Gak akan pernah terlupakan, kiss n' hug - Christoper's Mom-

    ReplyDelete
    Replies
    1. ibuuuuuuu
      apa kabar bu Yola
      senang ibu sampai sini, mau menyempatkan baca blog saya
      terima kasih ya

      senang memang kenangan saya, Fera dengan Topher
      ketahanannya itu lho
      gak sebanding sama usianya
      kirain anak semuda Topher akan banyakan becandaanya dan gak serius
      ih tapi Topher beda
      fokus dan kerja keras untuk menguasai sesuatu
      inspirasi Fera untuk bertahan sekuat Topher kalau latihan
      terima kasih Topher sudah menjadi panutannya Fera ya bu Yola
      salam untuk Topher

      Delete