13 September 2010

Cerita tentang 'cabin crew' saya

Ini kenanganku tentang para asisten atau pembantu rumah tanggaku (istilah trend nya 'cabin crew')

Ada pembantu rumah tangga yang di bawa bulik dari desa,
sampai di stasiun Jatinegara, dijemput subuh
sesampainya di rumah, kami tinggal untuk pergi ke kantor
Sore hari,
pulang kantor, pembantu sudah pergi....
kami hanya mendapati bulik yang uring-uringan sendiri karena tidak tahu juga kenapa pembantu yang dibawanya itu kabur

Ada lagi, pembantu yang dapet dari pakde yang kelebihan pembantu (pembantunya membawa banyak orang dari desa untuk kerja di Jakarta),
bulan pertama kerja, gajinya dibelikan handphone,
bulan kedua dia kerja, tagihan telpon kami yang biasanya rp. 200.000,- membengkak menjadi rp. 1.000.000,-
setelah diketahui, ternyata setiap hari dia telpon ke para pacarnya (ada yang di Batam ada yang di Serang), rutin itu dia lakukan setiap harinya sampai dia punya handphone baru
begitu diberitahu keadaannya dan hanya diminta jangan menggunakan telpon kalau tidak penting,
sorenya menghilang....
kata pembantu tetangga, dia pergi ke rumah pacarnya yang lain yang baru dikenalnya ketika membeli handphone baru itu

Lain lagi,
pembantu yang dikirim agen dari luar kota,
bekerja selama 1 minggu, saat saya mau ke pasar beli bahan masakan,
sembari bercanda saya tanya dia, mau titip apa?
harapan saya dia akan titip peralatan mandi atau kebersihan, seperti sabun, odol, sikat gigi atau apa lah
tapi dia menjawab "Tolong belikan bukunya Richard T. Kyosaki yang Poor Dad Rich Dad"
gubraggg......
saya memutuskan tidak jadi ke pasar dan lebih tertarik menginterview dia lebih lanjut...
akhirnya toh dalam hitungan hari berikutnya, dia keluar,
dijemput 'pembimbing'nya,
karena ternyata ke Jakarta menjadi pembantu adalah rencananya untuk gratis biaya transportasi menemui si'pembimbing'nya dalam bisnis MLM

Pernah, ada pembantu yang tergolong cantik
Laporan dari tetangga adalah
"Ibu, kalau ibu tinggal ke kantor, rumah ibu jadi tempat ngetem para tukang becak bu... Gang yang dulunya sepi, sekarang menjadi favorit para tukang becak lewat. Kalau lewat, rame sekali belnya dibunyikan"
yaaah apa boleh buat.... cantik adalah berkah bukan?
baru setelah kewalahan menerima rayuan, dan terjadi pertengkaran diantara para tukang becak itu, pembantu pun minta keluar

Belum lagi, cerita pembantu yang mengajak si Tengah putar-putar komplek saat sore
alasannya untuk menyuapi Tengah, biar habisnya cepat sayurnya bu... gitu katanya
tetapi yang terjadi adalah
si Tengah lebih sering pulang diantar tetangga atau saya yang ditelpon untuk menjemputnya karena jatuh ke got atau kotor main pasir
dan dengan tenangnya pembantu sampai rumah setelah maghrib kadang bahkan mendekati waktu sholat isya

tidak mudah memang mengurusi orang lain,
kadang dibelikan baju baru yang dipilihkan sepenuh hati, namun tidak dianggap oleh pembantu, dia tidak pernah memakai sama sekali baju pemberian itu

belum lagi kalau keluarga si pembantu ikut campur...
saya pernah punya pembantu rumah tangga yang rajin dan semangat kerja,
tetapi tanpa diduga dan sebenarnya si pembantu itupun tidak menghendaki, orang tuanya menjemputnya pulang
entahlah apa memang untuk membantu pekerjaan di rumah seperti alasan yang diungkapkan, atau dipekerjakan ke tempat lain dengan gaji yang lebih tinggi
tapi kesel juga kalau semena-mena harmonisasi keluarga diubah oleh orang lain

-dilanjutkan di: Kisah Inspiratif 'cabin crew' saya-

No comments:

Post a Comment