13 September 2010

Berdamai dengan pembantu rumah tangga

Kata ayah saya, ketika usia perkawinan saya belum mencapai 10 tahun,
"Oooala nduk... kalau pembantu mu dikumpulin dari saat kamu berumah tangga bisa bikin desa baru"
menyindir keadaan saya yang tidak dapat mempertahankan pembantu rumah tangga seperti orang tua saya menjaga pembantunya.
Pembantu di rumah orang tua saya bisa tahan tahunan, keluar karena menikah
dan menikah betulan, bukan sekedar alasan untuk berhenti kerja saja, karena kadang setelah itu ia datang membawa suami/istri nya untuk diperkenalkan pada kami.

Tapi memang saya menjadi kecil hati jika harus bertanding seperti itu dengan orang tua saya,
mencoba melihat dan membandingkan...
(tentu dengan situasi yang 'gak mau kalah' juga sih...)
saya merasa gak fair, bapak saya menyindir saya seperti tadi...

Perbedaannya,
pembantu orang tua saya bekerja dengan keluarga yang memiliki anak yang sudah dewasa yang juga sudah bekerja,
sehingga uang tips dari saya dan adik-adik juga lumayan untuk tambahan gajinya
sedangkan alasan pembantu saya keluar kadang adalah
capek ngurus anak kecil,
yang saya juga tidak menyalahkan anak saya yang energetik banyak gerak banyak mau
yang kadang juga susah untuk disuapi makan sayur
yang tentu juga menjadi cucian lebih banyak karena aktifnya anak-anak saya bermain, coba bandingkan dengan baju kotor mereka yang sudah dewasa
belum lagi seterikaannya.....
apesnya.... tidak ada uang tips tambahan dari anak saya (sekolah saja belum lulus bagaimana punya gaji)
yang jelas, jauh kalah menarik sudah...
tentu kalau saya jadi pembantu rumah tangga juga akan memilih bekerja di rumah orang tua saya daripada di rumah keluarga muda dengan anak kecil dan banyak pula anaknya :)

Sudahlah... sudah terjadi
dulu waktu anak saya berusia di bawah lima tahun, sudah pasti setelah libur Lebaran, saya sibuk menelpon agen penyedia pembantu atau babysitter,
saya sibuk mengirimkan pesan dan memohon-mohon pada teman untuk memberikan satu pembantu yang lebih jika ada
kadang strategi di ubah,
sebelum libur Lebaran sudah mulai menawarkan paket-paket yang menarik agar pembantu atau babysitter saya pulang tepat waktu dan bekerja kembali dengan saya.
bukan kebiasaan yang aneh lagi, kalau setelah libur Lebaran, saya akan bekerja dengan membawa anak (untung Sulung sudah sekolah), gantian saja
diatur layaknya sistem kerja shift, hari ini Tengah ikut ibu, Bungsu titip Eyang; hari lain kebalikannya....
atau hari ini kerja, suami libur ngasuh 2 anak kecil sebagai gantinya hari berikutnya saya yang di rumah dengan 2 anak itu :p

Sekarang,
coping mechanism sudah berjalan dengan baik,
sistem mengelola stres terhadap ketiadaan pembantu yang berulang sertiap tahun, sudah berjalan
anak-anak sudah bisa diminta bantuannya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga
tuntutan juga semakin fleksibel, kalau bisa masak ya makan di rumah,
kalau repot, ya beli atau minta tetangga memasakkan makanan (katering), atau makan di rumah Eyang (yang pembantunya relatif lebih bisa diandalkan)
cuci baju 2 hari sekali, bergantian dengan menyetrika
yang disetrika pun yang dianggap penting saja, baju kantor dan baju seragam
kalaupun kepepet, ya menyetrikanya malam sebelum dipakai keesokan harinya...
yang nyapu tidak ngepel, yang cuci piring tidak bertugas memasukkan peralatan makan itu ke dalam lemari,
yang sudah mencuci dan menjemur pakaian, tidak menyetrika...
intinya gantian saja....
gak pake marah, gak pake kesel...
gak tergantung pembantu
ikatan keluarga malah semakin erat

ternyata setelah diamati,
semakin tenang menghadapinya, semakin nyaman.... jauh dari stres
pembantu mudik tenang, kitanya juga nyaman
ujung-ujungnya malah pembantu tahan lama bekerja di rumah

jadi menurut saya,
hindari over atau under qualified person, ini masalah kesesuaian,
orang yang tepat di tempat yang tepat di saat yang tepat

asal niat kita baik, bukan suatu masalah yang besar kalau pembantu berganti-ganti
(kadang) bukan salah kita kalau pembantu berganti-ganti
seperti di dunia kerja dunia kantoran sajalah...
turn over tinggi bisa disebabkan banyak faktor, bisa memang ketidakcocokan atau persaingan,
tidak cocok tugasnya, tidak cocok relasi dengan atasan, tidak cocok dengan peraturan atau sistem yang berlaku dsb
juga mungkin paket yang ditawarkan diluar lebih menarik (basic salary, tunjangan, bonus, pembagian shu dsb)

ya walaupun perusahaan juga akan mencari dan meminimalkan bentuk turn over yang tinggi,
saya pun sebagai manager hrd di rumah, perlu berpikir mencari solusi strategis dan taktis untuk berdamai dengan pembantu rumah tangga
tapi yang utama, saya harus memberdayakan sumber daya yang ada di dalam rumah
dan tentu harus tenang.... cool

No comments:

Post a Comment