25 December 2012

Regina Levy Wiraputri





Kebersamaan saya dengan Re diawali saat sekitar bulan September 2011
di sekolah dimana saya bekerja sebagai Psikolog sedang melaksanakan ulangan mid-semester
saya menjaga di salah satu ruangan, tempat Re duduk
dalam waktu sekitar 1,5 jam Re sudah minta ijin minum sampai 3 kali
sesuatu yang tidak biasa dilakukan murid-murid lainnya
ini situasi ulangan umum, biasanya mereka tekun mengerjakan soal dan tidak beranjak

keheranan saya (dan juga guru-guru lainnya) terjawab sekian bulan berikutnya



ini ulang tahun Re tahun 2012, di rumah sakit...

courtesy : Tryfena -mama Regina-


ada tumor di kepala Re,
yang menekan syaraf tertentu yang membuat (salah satunya adalah) Re ingin minum terus menerus

anaknya tabah
bertahan tetap tekun belajar di tengah aktivitasnya memeriksakan diri ke dokter dan pengobatan
tidak mudah buat seorang diusia Re, masa pubertas (masa anak sudah lewat, masa remaja belum tersentuh) untuk bersikap bijaksana memandang situasinya
harus melakukan adaptasi baru
menyinkronkan, kegiatannya dengan aktivitas pengobatannya...

sering dia bilang "Bu saya mau dong dipanggil"
biasa terjadi, siswi-siswi minta bertemu tim Bimbingan Konseling
dan Re kalau bertemu saya, sering bilang seperti itu

saya pikir Re aka banyak bercerita tentang penyakitnya ketika di ruang konseling,
ternyata buat dirinya ada hal lain yang lebih penting...

saya sudah minta ijin Re, untuk share beberapa hal yang kami bicarakan selama di ruang konseling

seperti layaknya anak menjelang remaja,
teman itu penting....
selama diskusi dengannya,
Re justru tidak banyak mengkhawatirkan sakitnya dan dirinya
yang di cemaskan adalah orang lain.... teman-temannya

pertama kalinya membicarakan yang membuatnya galau
Re mempertanyakan 'keterasingan'nya
kadang tidak nyambung pembicaraan dengan teman-teman

beginilah masa remaja,
teman itu penting
bersosialisasi adalah ketrampilan yang lebih serius lagi dibangun saat ini
masalah komuikasi menjadi penting

bayangkan remaja yang kebanyakan masih memusatkan perhatian pada diri sendiri ini (egosentris)
harus belajar untuk mulai memahami orang lain lebih luas lebih dalam lagi
bayangkan mereka harus sekaligus mencoba memahami kenapa temannya bertindak dan berkata  seperti itu lalu harus memikirkan bagaimana diri kita sendiri membalas bersikap

saya paham kalau banyak terjadi masalah komunikasi di sini
seperti yang Re keluhkan
teman-temannya mungkin juga kikuk memulai pembicaraan dengan Re,
takut menyakiti hatinya... karena mereka juga sedang belajar bagaimana menunjukkan empatinya pada Re
Regina juga berusaha biasa saja,
tetapi di sini lah miskomunikasi bisa terjadi
yang satu tidak mau dispesialkan, yang lain bingung bagaimana membicarakan hal-hal yang takut menjadi sensitif
menjadi merasa tidak nyambung karena -baik Re maupun teman-temannya- berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak saling dipahami

saya memuji tindakan Re untuk minta 'dipanggil'
sehingga ada mediator untuk membantu Re lebih memahami keadaan masing-masing pihak
saya juga memuji tindakan beberapa teman Re yang bertanya kepada tim BK harus bagaimana bersikap agar Re nyaman....

Selain bercerita tentang teman,
tentu Re bercerita tentang papa, mama dan adiknya
dari ceritanya,
tampak bahwa keluarganya saling mendukung satu sama lain
tidak terucap kata yang menandakan Re iri atau ada sibling rivalry
(nanti suatu ketika saya bertemu langsung dengan adiknya, namanya Richard, hehehe.... sudah ganteng, anaknya pengertian banget.. sangat mengerti keadaan yang sedang terjadi pada kakaknya dan orangtuanya...  jadi dia juga mandiri, tidak banyak merepotkan orang tuanya..... dan ternyata yang naksir juga banyak... hehehe, pantes lah.... baik bener memang adiknya Re tu anaknya...)

suatu ketika kami, para guru, berkesempatan menengok Re
dia baru saja menjalani proses kemoterapi di Singapur,



Re menerima kami ditemani papanya yang menyempatkan pulang cepat dari kantor
jelas saya lihat bahwa papa Re juga tegar



senyum dan tertawa sering dilakukan dalam mengomentari cerita Re
ah Retidak salah cerita waktu di ruang konseling,
dia memang berada dalam keluarga yang positif dan suportif

kami dijamu pie buah buatan mama Re

--

hhhmmm.... sempat ya mamanya pulang kerja sudah malam hari, masih membuatkan pie buah untuk cemilan sehat Re...
aduh kalau saya berada di posisi mamanya Re, uuuhh mana sempat membuat cemilan yang tidak simpel ini...
salut saya sama beliau....

saya pernah ketemu ibu Tryfena, mama Re....
dan sering juga berkomunikasi melalui BB, tentang keadaan Re...
saya jadi tambah paham,
mereka menjalankan semuanya ini dengan ringan hati
sesuatu yang berat kalau ikhlas dan ringan hati manjalankannya.... mudah2an menuju kepada kebaikan

lihat Re deh...
senyum, ceria
senang sekali kami kunjungi....

Re banyak bercerita,
dari proses radiasi maupun kemo juga
cerita tentang Timy anjingnya,


anjing ini hadiah untuk Re,
permintaan Re agar dia bisa punya teman seandainya saat ia di rumah sendirian
sayang sekali Re pada Timy...
*good for you Re

Re juga semangat menceritakan aktivitas sehari-hari...
Re rajin mencatat apa yang dilakukakannya tiap harinya,
kapan makan, kapan minum, apa yang dimakan apa yang diminum
juga kapan minum obat dsb....
catatan ini penting untuk kontrol nantinya..
kalau ditanya dokter bisa menjawab, apa saja yang terjadi padanya...
ah mandiri sekali anak ini.... semuanya dicatatnya sendiri dengan rapi....



kadang kalau Re harus kemo,
dia harus menampung urine nya, dan menyimpannya di sebuah wadah,
yang nantinya ini dibawa ke Singapur
selain untuk dilihat volume nya, juga kandungannya
saya lupa.... dari urine itu juga dapat dilihat kadar purin nya
(saya gak paham purin itu apa, padahal sudah diterangkan dengan jelas oleh papanya Re... *oh ingatan jangka pendekku)
kalau kadarnya tinggi.... maka kemo belum bisa dijalankan...

karena Re berdiam di rumah agar cepat pulih,
kegiatan Re menjadi terbatas....
tapi ya dasar anak kreatif .... sekarang dia menekuni hobi lain,
sekarang senang sekali membuat membua sesuatu dengan clay
saya setuju dengan cara berpikirnya...
ia isi waktu luangnya dengan kegiatan yang menarik...

kami sempatkan berdoa bersama, memberi semangat dan kekuatan untuk Re dan keluarganya
semoga dimudahkan bagi Re menjalani semua tahapan pengobatannya
semoga diringakan hati bagi mama dan papa juga Richard dalam menemani Re



semoga lekas pulih ya Re...

senang sekali saya dan guru-guru menengoknya
bukan mimik yang masam dan negatif yang ada padanya
tetapi sebaliknya...
Re optimis dan positif memandang hidup




semangat terus ya nak...

keesokan harinya saat Re menunggu pemeriksaan laboratorium,
saat diambil darahnya....
Re mungkin bete, dia 'ping' saya....
maka terjalinlah pembicaraan yang mendalam dengannya....

bahwa dia memang sedih dengan kondisinya,
namun karena melihat banyak yang memberinya support,
teman-teman, papa, mama dan Richard
dan banyak diajak berdoa oleh mamanya
Re menjadi tidak khawatir lagi..

khawatir apa?
ternyata kekhawatiran utamanya adalah teman...
Re kasihan sama teman-teman yang sedih karena Re
menurutnya.... teman-temannya ingin lihat Re sehat dan ceria dan tidak sakit-sakitan

ah anak itu....
malah memperhatikan orang lain....
saya pribadi salut dengan tingkat kematangan emosinya
dia bisa keluar dari dirinya sendiri dan memikirkan kesedihan orang lain

pembicaraan kami berlanjut....
apakah sakitnya ini kutukan atau berkah?
menurutnya... pada awalnya ia pikir ini hukuman
karena sering melawan mama papa
tapi sekarang sudah berpikir bahwa sakit ini adalah pemberian setan,
tapi dia beriman pada Tuhan... maka pasti sembuh
dan untuk penguatan diri, Re sering berkata dalam doa, bahwa dia sudah sembuh

tanpa saya tanya,
Re menerangkan kadang Re butuh menangis,
kalau sudah gitu... Re akan menangis saja karena setelahnya terasa lega..
"Aku butuh bu untuk menangis..."
saya setuju dengan pendapatnya...

lalu saya tanya kepadanya lagi...
apakah kamu sering menangis Re?
jawab Re... "Enggak bu... aku enggak banyak nangis kok bu"
lalu ia melanjutkan.... hanya kalau ngerasa gak tahan atau capek....

gak tahan apa Re? saat kemo?
"Bukan itu bu... gak tahan kalau harus bolak balik ke rumah sakit
Aku gak suka makanan rumah sakit"
hehehe... polosnya anak ini...

sekarang perasaan Re bagaimana?
"Ngrasa bersalah bu... sama papa dan mama,
ngrasa kesal
ngrasa sedih"

karena rasanya gak selesai-selesai ya Re ?
"Iya bu....
Aku juga ngrasa bersalah sama papa mama karena kadang aku gak mau makan bu...
kadang aku juga buat kesel papa mama... seperti gak mau ditinggal mereka,
aku tahu mereka harus kerja..."

"Iya ya Re... kadang kamu butuh teman ya? tapi mereka terikat pada kerjaan ya Re?"
"Betul bu... kadang aku suka bikin jengkel mereka, karena aku pengennya papa mama bisa temeni aku sebentar, tapi kadang mereka sibuk BBM
sekalipun aku bisa maklum bu....
kadang Re pengen mama papa bisa jaga Re terus"

ah Re....
sabar ya nak...
satu per satu ujiannya dihadapi... nanti akan terlewati....
ibu salut sekali sama ketegaran hati kamu
kamu sangat menginspirasi ibu untuk tekun berusaha seperti yang kamu lakukan sekarang....

peluk Re dari jauh
nanti kita bincang-bicang lagi ya Re....



walau lilin sudah dimatikan.... tinggal asapnya yang mengepul
tetapi ibu berharap Re tetap mempunyai nyala di dalam hati
yang selalu menghangatkan Re dalam menjalani kegiatan
semangat ya Re...

doa kami semua terkirim untukmu Regina

No comments:

Post a Comment