Setelah
menjalani semua yang terpikirkan dan mampu kami jalani
Segenap
pemeriksa dan terapi dan segela bantuan,
dukungan
yang terbetik untuk dilakukan….
Baru tahun
kemarin, saat usianya 10 tahun mendekati 11 tahun
Kami
diberitahukan bahwa Bungsu ku adalah anak dengan Dyslexia
Siapa yang
beritahu?
Ibu peri
nya, adik angkatanku dari Unpad,
Psikolog handal
namanya Alzena Masykouri
Dyslexia itu
apa?
“a disorder in children who, despite conventional classroom experience, fail to attain the language skills of reading, writing and spelling commensurate with their intellectual abilities”. World Federation of Neurology(1968)
Children with dyslexia do not leave their problems in the class room; their struggle to master literacy skills pervades many aspects of their lives and can impact on their social interaction with peers, their self-confidence and self-esteem, and their attitudes to learning.
-Dr Kristiantini Dewi SpA (ketua asosiasi disleksia indonesia)-
Ya kalau
dilihat dengan pengalaman pribadi saya
Masalah yang
berat diatasinya adalah berkaitan dengan pengelolaan reaksi emosinya
Padahal awalnya
hanya masalah terkait dengan bahasa,
mengeja, menulis, membaca, bercerita, memahami instruksi
Tetapi dampaknya
ternyata….. kemana-mana...
Dengan perasaan
haru dan bangga,
Saya
ceritakan perjuangannya utuk menjadi lebih nyaman dengan semua keunikannya
Lahir
sebagai bayi yang sehat,
Namun
menjelang kepulangan kami ke rumah, bilirubin nya meninggi
Sampai harus
di terapi sinar biru
matanya di tutup kasa karena dia disinari itu tadi
dan menyebabkan saya kembali kerumah sendirian meninggalkan dia di rumah sakit
matanya di tutup kasa karena dia disinari itu tadi
dan menyebabkan saya kembali kerumah sendirian meninggalkan dia di rumah sakit
Perkembangannya
selanjutnya menurut saya seperti anak lainnya
Sampai
menjelang usia 8 bulanan, dia adalah bayi yang paling ramah yang saya pernah
tahu
Siapapun
yang mendekatinya ia pasti tersenyum manis, hangat
Hanya
menjelang usianya 1 tahun
Ia mulai
menunjukkan keterikatan yang tinggi pada saya
Hanya saya
yang diijikannya menggendongnya
Kalau sudah
berada di pelukan saya, ia akan menempel,
Perkembangan selanjutnya,
si Bungsu tetap menjadi anak yang tampak tenang
tidak pernah
menangis
tetapi suka
sekali minum susu
diam, tenang, tidak banyak bergerak, malas kesannya,
tetapi kuat sekali minum susu, ngedot
sampai saya
harus menyiapkan banyak sekali botol susu karena sangat kuatnya dia minum susu
entah kenapa
dia begitu
tetapi saya
pikir itu malah sehat
sampai
badannya sangat besar
usia 3 tahun
beratnya 25 kg
Masuk taman
bermain mulai terlihat adanya sesuatu yang harus diseriusi
Tapi apa?
Dia tidak
berani mencoba mainan anak-anak,
Entah
prosotan ataupun berjalan melewati ban
Hanya mau
piring yang diputar, yang dia berada di dalamnya lalu menyetir untuk memutarnya
Itu juga
hanya mau jika ada saya atau yang dikenalnya satu piring
Usia 3
tahun, belum bicara
Sepupunya
juga begitu tapi akhirnya bicara lancar,
jadi kalaupun ini keturunan
Saya
berharap nantinya toh dia akan berbicara
Suatu malam,
naik mobil dan dia tertidur berada di pangkuan saya,
Suami saya
menyetir
Suatu saat
dia terbangun,
Dia serta
merta panik dan ingin membuka mobil dan meloncat keluar karena bingungnya
Kenapa?
apakah bermasalah dengan matanya? karena silau melihat lampu mobil yang berpapasan,
atau apa?
Yang
terpikirkan hanya mendekapnya memberi ketenangan,
Harus
diapakan?
Masuk TK,
Dia melempar
gurunya dengan sepatu ketika gurunya membawa tumpukan buku
Jadi itu
adalah pelajaran menulis
Dia harus
menggambar garis rapi dari atas ke bawah dan lingkaran dari atas kebawah
Sesuatu yang
menurut saya mudah,
Tinggal
tarik garis
Tinggal
bunder2in
Apa
susahnya…
Tapi si
Bungsu hasilnya tidak rapi, garisnya tidak lurus juga tidak konsisten tingginya
Ah biasa
anak lain juga ada yang begitu
Lingkaran
yang dibuat si Bungsu tidak pernah berbentuk bulat
Juga tidak
pernah menyambung garis awal dan akhirnya
Mungkin dia
frustasi
Jadi begitu
bu guru membawa tumpukan buku itu, dia lempar sepatu saking paniknya
Mulai
terlihat dia mengalami kesulitan di akademik
Perbendaharaan
katanya pun kurang
Tetapi dia
ramah, tetap tersenyum kadang bisa tertawa
Hanya jarang
berbicara
Awal pertama
saya ingin ia di observasi oleh psikolog
Saya mencari
ahli play therapy, Dra. Mayke Tedjasaputra MSi
Pertemuan
pertama dengan beliau….
Si Bungsu
berlari-larian sekitar ruangan, sulit diajak komunikasi
Langsung
dirujuk juga pada neurology, Dr Lily
Sidiarto SpS(K)
Jadi
parallel… memeriksakan diri pada ke dua ahli itu.
Hasil dari
Dr. Lily lebih dahulu ada
“Mungkin ibu saja yang tidak ikhlas dan memaksakan anak bersekolah di tempat umum. Padahal seharusnya di SLB dan tidak boleh lepas dari terapi”
Jadi si
Bungsu di sarankan masuk ke SLB bukan TK biasa seperti saat itu
Apa perasaan
saya?
Ikhlas…
kalau ya memang harusnya… dan itu membuat si Bungsu lebih nyaman,
Jangan
salah… saya ikhlas
Caranya
memberitahu saja saat itu saya sangat rasakan tidak nyaman,
Memaksakan? Saya
memaksakan? Hhmmm… ya mungkin saya defensif juga ya...
Baiklah,
tugas saya untuk menyampaikan hal ini kepada suami
Dan
kakak-kakaknya agar bisa menerima keadaan si Bungsu
Ikhlas…
Tetapi jauh
di dalam lubuk hati saya,
Rasanya
masih ingin berjuang
Maka saya
bertekad… baiklah… SLB okay,
Asal saya
tahu betul tingkat intelegensinya
Kalau sudah
tahu kan saya bisa membantunya secara maksimal
Bu Mayke
bijaksana saat melakukan tes intelegensi
Karena si
Bungsu tidak bisa tenang, terus menerus memainkan jendela ruang praktek
Saya diminta
masuk ke ruangan,
Saat itu
karena tidak ditanya saat pencatatan biografi, beliau tidak tahu kalau saya juga
psikolog
Beliau
menerangkan tugas saya, hanya memberi ketenangan pada si Bungsu
Tidak
memberitahu jawabannya ataupun memberikan bahasa tubuh tertentu
Done ! Piece
a cake
Selesai
pengambilan tes,
Bu Mayke
dengan hati-hati berkata,
Mempersiapkan
saya akan hasil tesnya, yang akan jadi kira-kira seminggu kemudian
Intinya adalah
: jika saya harus siap dengan hasilnya
Kalaupun
jelek, itu menandakan bahwa memang sebaiknya di sekolahkan di SLB
Kayaknya
mudah.. tinggal terima hasilnya gitu aja
Beres
Wowowowooooo
yang susah menyiapkan suami dan kakak-kakaknya
Suami saya
berjuang keras dengan keyakinannya kalau si Bungsu bisa jadi insinyur seperti
dirinya
Kakaknya
terutama si Sulung heran… kenapa harus ada perbedaan seperti itu
Mereka di
sekolah umum adiknya akan di sekolah khusus
Bapaknya dan kakaknya bingung, kurang terima,
Biarkan…
Biarkan…
Itu namanya
mereka sedang mengalami konflik pemikiran
Conflict of
ideas itu penting juga untuk meningkatkan level pemikiran seseorang
Pemahaman
akan semakin lebih baik kalau mereka mengolah konfliknya dengan baik
Saya tinggal
membantunya….
Waktu itu
kita sama-sama browsing dengan si Sulung memaham kemungkinan keadaan adiknya
Dan apa itu
SLB
Sehingga
apapun yang terjadi mereka menjadi lebih paham, lebih nyaman
Seterusnya
bisa memberikan kenyamanan pada si Bungsu
Saya?
Ibu mana
yang tidak sedih dengan keadaan anaknya seperti ini
Menangis….
Ya… saya lakukan
Malam-malam
ketika suami sudah tertidur
Kadang
sambil menyetir mobil saya juga menangis…
Karena sedih
kenapa Bungsu ku harus mengalami hal seperti ini
Seandainya
bisa… saya ingin menggantikan tempatnya
Siapa yang
tidak menangis,
Saya psikolog
yang biasa memberi tes kepada orang lain..
Saat itu melihat
sendiri perilaku anaknya waktu di tes
Ya… saya
menangis,
Itu lah…
subyektif
Maunya saya si
Bungsu mengerjakan dengan cepat langsung menjawab dan tepat
Tidak
main-main dulu, senyum-senyum dulu baru menjawab atau mengerjakannya dengan
asal
Duh biyung….
Sampailah
saya pada permenungan, subyeknya di sini si Bungsu
Bukan saya
atau siapapun…
Jadi
semata-mata ini semua demi dia
Saya, suami,
kakak-kakaknya bingung
Bagaimana
dia?
Tentunya dia
juga bingung, lebih bingung malah
Dengan
tujuannya untuk si Bungsu mulailah perjalanan ini dilalui bersama
Yang utama…
mungkin dia tidak berprestasi secara akademik, atau apa lah nantinya..
Yang
terpenting dia harus punya nilai hidup yang positif
Harus…
jujur, hormat pada orang lain yang seperti itu
Segalanya
akan lancar kalau dia bisa menolong dirinya sendiri terlebih dulu,
dia perlu
untuk mandiri
Tidak ada
yang mentang-mentang…
Mentang-mentang
unik… boleh gitu manja… oh no no…
Mentang-mentang
unik… boleh gitu berbohong… no way
Mentang-mentang
unik… boleh gitu menghina orang lain… jangan sampai…
Kadang saya
terlihat terlalu tangguh untuknya, tegas…
Sumber
pertengkaran dengan suami tepatnya
Saya tampak
kurang kasihan, suami sering mengasihani
Mari lanjut…
Hasil IQnya
bagaimana?
Saya siap
saat itu untuk mengambil hasil pemeriksaan psikologisnya
Waktu dengan
terbata-bata ibu Mayke mulai menerangkan,
Saya juga
menenangkan diri…
Diterangkan
bahwa ada kelompok IQ yang rata-rata…
Di atasnya
adalah…. Di atas rata-rata dan jenius
Di bawahnya
adalah… Di bawah rata-rata dan keterbelakangmental
(karena dipandang
saya bukan psikolog, beliau menerangkan seperti yang seharusnya dilakukan
kepada klien manapun, dijelaskan dengan detil)
Dan… fokus
hati adalah keterbelakangmental, di situ lah nanti penentu apakah si Bungsu
akan sekolah di SLB atau tidak
Jadi saya
dan suami deg-deg-an untuk mengetahui apakah si Bungsu ada di kelompok yang
mana
Hasilnya… si
Bungsu memiliki tingkat kecerdasan rata-rata
Dengan
demikian… berarti saya bisa memberikan tuntutan dan tuntunan yang pas
Rata-rata
adalah golongan tingkat kecerdasan yang kalaupun mau dia bisa bersekolah tinggi
Akhirnya
diputuskanlah si Bungsu tetap meneruskan ke TK biasa
Si Bungsu
sekolah TK di sekolah biasa,
tetapi sore
hari (akhirnya) mengikuti terapi di Pelangi Harapan, Pulo Mas
tempat dimana Dr Lily menjadi penasehat
Si Bungsu disini mengikuti terapi remedial pelajaran sekolah dan terapi lainnya,
tempat dimana Dr Lily menjadi penasehat
Si Bungsu disini mengikuti terapi remedial pelajaran sekolah dan terapi lainnya,
konsentrasi,
konsep warna, konsep hitungan, terapi untuk fokus dll
teman-temannya
adalah mereka dengan autisme, keterbelakanganmental, dll
Saya
menangis haru waktu suatu ketika saya lihat dia memimpin olahraga
teman-temannya yang jauh lebih besar dan tinggi
Saya senang
lihat si Bungsu menghargai temannya
Toleransinya
besar terhadap teman-temannya di pelangi Harapan
Positif…
Beberapa hal
yang saya pikir perlu dikembangkan lebih lagi adalah cara si Bungsu bereaksi emosional
Ia kalau
sedih, atau kecewa atau jengkel meniru perilaku beberapa temannya di sana,
Yaitu
berdiri di pojok ruangan, menghadap dinding dan kadang mengantukkan kepalanya
Itu yang
perlu dilatih lagi
Bahwa apa
yang temannya lakukan belum tentu cocok dengan dirinya
Gurunya
namanya ibu Yana
(sudah 7
tahun ya kita tidak bertemu bu… ibu dimana sekarang?)
Ibu Yana ini
sabar sekali
Observasinya
detil tentang perkembangan si Bungsu
laporan perkembangan si Bungsu Bahasa Reseptif, Bahasa Ekspresif dan Akademik |
Beliaulah
yang mengusulkan untuk melihat caranya si Bungsu menulis
Terlalu dekat
dengan halaman yang ditulisnya…
Beliau juga
mengusulkan untuk menunda masuknya si Bungsu ke kelas 1 SD
Rasanya dia
belum siap masuk kelas 1 SD
Dia tidak kami perpanjang TKnya
Biarlah dengan segala keunikannya dia kejar apa yang bisa dia kejar
Dia lulus TK
satu... terlalui... lagi...
syukurlah...
Waktu itu
kami juga ingin pendapat psikolognya,
Dan karena
kesibukan ibu Mayke, dansaat itu beliau di luar negeri
Si Bungsu pun
saat itu ditangani ibu Alzena Masykouri
Yang sebetulnya
sudah mengisyaratkan untuk lebih baik mencari sekolah yang lebih tepat
Bukan sekolah
konvensional dengan cara pengejaran yang massal,
Satu kelas
lebih dari 30 murid dan hanya dengan 1 guru
Tetapi
dengan pertimbangan Self-Esteem, harga diri…
Kami tetap
memasukkannya ke kelas 1 SD umum
tulisan si Bungsu belum bisa membaca, dia mencontek huruf-huruf dari buku tapi lihat deh... tulisannya rapi, hurufnya nyeni tahun 2008 |
Dan betul
ibu Yana
Si Bungsu
tergopoh-gopoh untuk mengikuti pelajaran di kelas !
Saya sering
sekali dipanggil gurunya,
Sering
sekali… tentang nilainya
Ulangan
sering mendapat nilai nol
Kalau terima
rapot…. Si Sulung dan Tengah dipuji karena nilainya di atas rata-rata kelas,
Si Bungsu
dipuji karena dia senang ke sekolah, kita gak usah membahas nilainya
Asal dia
senang… dan mau ke sekolah… kita puas
Jadi kadang
kita sendiri gak tega membahas angkanya…
Tetapi dia
ingin sama dengan kakaknya,
dia tanpa ditanya pun berkata “Aku juga nilainya bagus…. Ini bisa enam semua niy”
dia tanpa ditanya pun berkata “Aku juga nilainya bagus…. Ini bisa enam semua niy”
Dan yang dia
lihat itu adalah nilai di kolom rata-rata kelas… bukan kolom nilainya…
Hehehe… adik
we love you
Tetapi dia
bisa dengan jatuh bangunnya, naik ke kelas 2
Mulailah
kelas 2 ini si Bungsu sangat-sangat kesulitan
Ternyata dia
bermasalah dengan penglihatannya juga
Dia hampir
tidak bisa jelas melihat
Pakailah
kacamata
Kacamatanya
sering hilang, dia lupa meletakkannya
Kadang pecah
karena dia duduki
Daripada
bertengkar tentang keteledorannya … dan buat dia tambah stres
Dia pernah
dibuatkan kacamata sampai 3 dalam sekali pesan,
dan ukurannya pun cepat berganti... kami sekring sekali ke dokter mata
jika dia sudah malas pakai kacamatanya,
itu pertanda ukurannya sudah perlu disesuaikan lagi
dan ukurannya pun cepat berganti... kami sekring sekali ke dokter mata
jika dia sudah malas pakai kacamatanya,
itu pertanda ukurannya sudah perlu disesuaikan lagi
Bukan hanya
kacamata
Juga hal
lain…
Buku mulai
sering tidak terbawa
PR tidak
dikerjakan
Catatan
tidak lengkap
Buku tugas juga menulisnya tidak lengkap
Buku tugas juga menulisnya tidak lengkap
Tulisannya
tidak rapi, tidak jelas dia menulis apa
Huruf hilang-hilang, tidak lengkap
mulai ada aturan, tulisannya mulai gak nyeni banyak kata yang tidak lengkap sehingga harus diperbaiki ibu gurunya kurang rapi, seenaknya saja menulis... kesannya |
Dan…
Karena
gurunya mulai banyak
Keluhan dari
guru pun bertambah
Selain
prestasi akademik, keluhan lain muncul
Si Bungsu
mulai menghilang dari kelas…
bermain di
halaman, malas masuk kelas, sering dicari ibu guru…
Parahnya…
Tekanan
sosial mulai ada
“Bego”…
“Goblok”…. Mulai dia dengar
Atau dengan
tambahan kacamata… temannya bilang “anak monyet”
Pernah saya
jemput dia,
Kita pulang
naik mobil antar jemput dengan banyak anak lain
Dia dikatai
“Anak monyet”
Saya tanya
perasaan si Bungsu
Jawabnya “Aku
sedih”
Saya minta
ijin untuk menegur mereka
“Enggak usah
ibu.. “
Waktu saya
bilang perlu saatnya untuk punya prinsip,
Harus
menegakkan harga diri,
Biar mereka
tahu bahwa mengejek itu menyakiti hati orang lain,
Mereka harus
ditegur,
Tapi dia
lain,
“Biar aku
cantik di sini saja bu (menunjuk dada-inner beauty-)”
Saya terpana
Tetapi tetap
mempengaruhinya agar saya bisa menegur mereka
Napsu banget
ini emaknya… tapi tahu kalau saya marah di depannya itu juga kurang baik
Saya menunjukkan
perilaku tidak bisa mengelola reaksi emosi
Padahal kami
sering kali sedih karena dia waktu itu sulit sekali mengelola reaksi emosinya
jadi saya harus tanya ijinnya untuk menegur mereka yang mengejeknya
jadi saya harus tanya ijinnya untuk menegur mereka yang mengejeknya
Kali ini saya heran banget, dia tenang…
“menurut ibu
aku cantik gak”
“ya iya lah
dik… banget-banget”
“ya udah itu
cukup… aku cantik kata ibu”
Kupeluknya
dirinya….
Tapi
keesokannya,
Saya cari
sekolah baru untuknya….
Biar bagaimana,
saya harus mengambil keputusan eksekutif…
Keputusan penting
Karena melihat
situasi yang kurang bersahabat
Rasanya usaha
si Bungsu menjadi kurang terapresiasi jika berada di lingkungan yang juga
kurang kondusif
Biarlah…
Suami saya
pun menganga waktu saya bilang sudah menemukan dan berkunjung ke calon sekolah
baru si Bungsu
Sekarang saat
saya turuti kata ibu Alzena Masykouri
Saya pindahkan
ke sekolah yang lebih cocok dengan keadaan si Bungsu
Sekolah active
learning, bukan cara pengajaran 1 arah
Sekolah inklusi
dimana dalam satu kelas menerima anak yang berkebutuhan khusus
Ini sekolah
umum juga…
Sekolah kebangsaan, bukan Bahasa Inggris sebagai pengantar
Mudahkah si Bungsu di sekolah barunya ?
Kesabaran
guru-gurunya luar biasa
Si Bungsu
ternyata bermasalah juga dengan penglihatannya
Waktu itu
belum didirikan diagnose kenapa si Bungsu bermasalah di akademiknya
Guru panik karena
si Bungsu berteriak-teriak, trantrum dan ngambek, pernah…
Guru sampai
nemeni di kamar mandi karena si Bungsu mengunci diri di kamar mandi, pernah…
Teman-temannya
sulit memahami cerita si Bungsu ya gak kurang-kurang
Bertengkar
dengan temannya karena kesalahpahaman, ya sering
Maukah belajar? Menghitung dan menghafal catatan?
sikapnya tetap belum ada kemajuan,
sikapnya tetap belum ada kemajuan,
sangat sulit diminta belajar
membaca tidak pernah selesai, satu halaman itu sudah hebat,
dan nyatanya tidak pernah dia tahan membaca 1 halaman pun
menggambar atau melukis bagaimana? ya seadanya...
kadang satu gambar.... bagus bisa selesai di cicil sampai seminggu
etos kerjanya.... asal
asal kerja
asal belajar
asal mewarnai asal menggambar asal melukis... asal
menggambar atau melukis bagaimana? ya seadanya...
kadang satu gambar.... bagus bisa selesai di cicil sampai seminggu
etos kerjanya.... asal
asal kerja
asal belajar
asal mewarnai asal menggambar asal melukis... asal
perlu guru les yang mengulang semua pelajaran yang didapatkannya di sekolah
luar biasa pertengkaran akan meledak kalau belajar dengan ibu atau bapaknya....
perlu guru menggambar melukis untuk membantunya fokus dan tekun pada tugas
Bisakah?
sampai kelas 4 semua masih menahan diri agar situasi secara keseluruhan nyaman
supaya dia tidak trantum, marah dan kesal
menjaga kestabilan emosi dan reaksinya penting,
semua menahan diri
di rumah maupun di sekolah
Tetapi jelas
si Bungsu lebih nyaman di sekolahnya ini
Akibatnya
Penglihatannya
yang juga sedang dalam perawatan dokter mata, berkembang semakin
membaik
Dari yang
dianggap hampir tidak melihat, karena bentuk matanya yang unik
Akhirnya karena
dia nyaman, tidak stress… matanya malah berkembang dengan lebih baik
Walau tidak optimum
Namun jauh
lebih baik dari yang diharapkan semula
Barulah…
Akhirnya datanglah
yang ditunggu
Bungsu di diagnosa
mengalami Disleksia
Lega
karena saya pribadi bisa lebih bisa membantunya
meletakkan target pencapaian yang sesuai dengan keadaannya
Dia diceritakan sebisanya
sepenangkapannya,
apa itu disleksia
Sekarang dia lebih tekun bekerja
Baking cooking sudah mulai bisa rapi,
Belajar sudah mulai dengan kesadaran
walau dengan istirahat setiap beberapa menit belajar
Membaca buku bisa memaksakan diri untuk selesai setengah halaman
Menggambar bisa sekali kerja sampai selesai, tuntas
Dia diceritakan sebisanya
sepenangkapannya,
apa itu disleksia
Sekarang dia lebih tekun bekerja
Baking cooking sudah mulai bisa rapi,
Belajar sudah mulai dengan kesadaran
walau dengan istirahat setiap beberapa menit belajar
Membaca buku bisa memaksakan diri untuk selesai setengah halaman
Menggambar bisa sekali kerja sampai selesai, tuntas
buatan si Bungsu tahun 2013 usia 11 tahun bimbingan guru lukisnya mbak Ocha Sanggar Lukis Osaze |
Apakah penderita disleksia tidak sukses?
Hhhm….
Leonardo da
Vinci
Agatha
Christi
Anthony
Hopkins
Steven
Spielberg
John Lennon
Albert
Einsten
Henry Ford
Tom Cruise
Keira
Knightley
Masih banyak
lagi…
Jamie Oliver... jangan lupa dicatat
chef yang bukunya dijadikan alas tidur Bungsu
karena tidak nyangka ada chef terkenal yang disleksia
may I join the club sir...
and Jamie smile at Fera
yuhuuuuuuu hurayyyy
gitu kali mimpinya karena tidur dengan bantal cooking booknya Jamie Oliver
Jamie Oliver... jangan lupa dicatat
chef yang bukunya dijadikan alas tidur Bungsu
karena tidak nyangka ada chef terkenal yang disleksia
may I join the club sir...
and Jamie smile at Fera
yuhuuuuuuu hurayyyy
gitu kali mimpinya karena tidur dengan bantal cooking booknya Jamie Oliver
Jangan khawatir….
Bungsu ku menyusul daftar tingkat dunia di atas….
percaya lah
dia pejuang
Sukses tingkat
dunia ya dik….
anak cantik ibu |
keajaiban dari Tuhan untuk diperjuangkan sepenuh hati bermimpilah... langit batasnya raihlah... bahagialah |
saat saya melihat adek fera di TV, sama sekali tak terlihat dia seseorang yang unik. dia sama seperti yang laen, sehat dan hebat. sekarang, setelah saya membaca tulisan ibu, saya tau kenapa seseorang se unik adek fera bisa menjadi hebat, karena dia memiliki ibu yang berhati malaikat seperti anda. saya berdoa, semoga saat saya sudah memiliki baby, saya bisa sekuat dan sehebat ibu. semngat ya bu..trima kasih inspirasinya.
ReplyDeleteya ya ya.... senang Fera dilihat tidak berbeda,
Deleteitu usaha terus menerus untuk menjadi lebih baik
Fera nya au secara positif lebih maju
itu yang saya sangat syukuri
amin,,, senoga saat sudah memiliki baby
anda menjadi orang tua yang tidak pernah menyerah untuk anak,
apapun itu kita usahakan yang terbaik untuk buah hati kita
entah dengan tegar atau pun rapuh
itu manusiawi
tetapi tetaplah bertahan.....
ibu/orangtua itu benteng terakir... batu karang kuat tempat buah hati bersandar....
mari... never give up
Halo, Tante Pipin. Saya Ela, mahasiswi S1 Psikologi di universitas swasta di Jogja. Saya mengucapkan terima kasih sekaligus izin karena tulisan tante telah membantu saya dalam pengerjaan tugas kuliah. Awalnya, saya menemukan deskripsi tentang Fera melalui YouTube, yg diliput di NetTV. Kemudian karena saya memerlukan data yang lebih lengkap, saya kejar sampai ke blog tante.
ReplyDeleteSaya terkesan dengan tante dalam menghadapi keunikan Fera. Ilmu-ilmu kita dipake banget sama tante dalam tumbuh kembang Fera juga kedua kakaknya. Luar biasa, semoga Tuhan memberkati. :)
e-mail saya: ela_psiusd11@yahoo.co.id
Hai Ela...
Deletesenang tahu Ela ulet mencari informasi
silakan saja memakai informasi yang ada di sini ya La...
kalau masih kurang dan Ela mau tanya lagi, silakan kirim email saja
bisa lewat alamat email saya :
yosi_iksam@yahoo.com
cepat lulus kuliahnya ya Ela,
biar ilmunya bisa dipergunakan untuk membantu banyak orang dan anak-anak lain lagi
cepat jadi kolega saya, hehehehe.....